Syamsuddin, Melatih Keterbatasan Jadi Kekuatan – Meski tidak menemukan honor teratur, Syamsuddin tidak berubah- ubah melatih olahragawan.
Keterbatasan ekonomi
keluarga bawa Syamsuddin( 57) turun ke bumi atletik, paling utama kabur, impian789 pada tahun 1980- an. Beliau awal luang turut bimbingan voli, ambil besi, hingga pukulan. Tetapi, di tengah ekspedisi, terdapat sebagian perkakas spesial yang butuh dibeli. Dikala itu, biayanya tidak ekonomis.
Di umur 14 tahun, seseorang sahabat mengajaknya berpindah buat belajar kabur. Karena, agen berolahraga ini tidak memerlukan banyak membeli perlengkapan buat bimbingan.
” Modal sepatu apa saja dapat. Nyeker juga dapat, tutur teman aku itu,” ucap Udin, teguran Syamsuddin, mengenang masa- masa itu, di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Senin( 26 atau 5 atau 2025).
Udin setelah itu berasosiasi ke Mandau Atletik Klub, perkumpulan calon olahragawan di agen berolahraga atletik di Samarinda, pada 1985. Beliau belajar bersama kanak- kanak belia lain buat jadi pelari andal.
Dari situ pula beliau menemukan julukan selaku” Udin Rambo”. Karena, dikala itu sebagian olahragawan bernama Udin pula. Buat membedakannya, tutur” Rambo” disematkan kepadanya sebab perawakannya sangat besar di antara Udin lain. Gelar itu merujuk figur film Rambo yang populer dikala itu. Pemerannya, Sylvester Stallone, memiliki tubuh besar besar.
Dari sanalah beliau setelah itu berulang kali menggantikan Kota Samarinda serta Kaltim buat pertandingan perlombaan kabur. Apalagi, selaku pendatang baru, beliau sempat terdapat di antrean keempat dalam salah satu kompetisi separuh maraton, 21 km. Posisi keempat hasil jadi yang luar lazim menurutnya dikala itu.
” Aku kurang ingat tahunnya, yang nyata itu di Balikpapan. Tetapi, dikala itu rival aku pelari tua profesional di bidangnya,” tuturnya terkekeh.
Bakat muda
Udin setelah itu menyudahi pensiun pada 2002 di umur 35 tahun selaku olahragawan. Beliau setelah itu jadi instruktur raga buat bermacam agen berolahraga di Kaltim, salah satunya taekwondo.
Sampai pada 2022, seseorang teman mengajaknya buat melatih kanak- kanak berkebutuhan spesial. Singkatnya, beliau dimohon buat jadi instruktur para- atletik Kaltim, paling utama di agen berolahraga kabur di National Paralympic Committee Indonesia( NPCI) Kaltim.
Biarpun tidak memiliki pengalaman melatih kanak- kanak berkebutuhan spesial, Udin bersedia dan menerima. Karena, beliau memiliki pengalaman jauh jadi olahragawan kabur serta mau mewariskannya pada talenta- talenta belia.
Dikala ini, beliau mengurus 20 olahragawan terbelakang. Dari situ, beliau menguasai kalau melatih olahragawan tidak cuma memerlukan program bimbingan semata. Mengalami anak membimbing dengan terbelakang, beliau butuh tata cara spesial serta ketabahan berangkap.
Kadangkala kala anak asuhnya keletihan bimbingan raga serta tidak melaksanakan bimbingan. Mengerti atletik merupakan agen berolahraga keras serta menjenuhkan, beliau menyelingi bimbingan raga dengan bermacam game.
Misalnya, pada bimbingan pada 28 April 2025 di Stadion Kadrie Oening Samarinda, Udin memohon anak asuhnya buat bimbingan daya dengan main wagon sorong. Seseorang anak berjalan dengan 2 tangan, sedangkan seseorang yang lain mendesak temannya dengan menggenggam kedua kakinya.
Kanak- kanak nampak tersimpul serta menikmati bimbingan itu. Mereka berkeringat serta balik belajar dengan riang.
Tidak cuma paraatletik, Udin juga terbuka pada kanak- kanak wajar yang mau belajar dengannya. Dikala ini, beliau melatih 10 anak wajar bersama 20 olahragawan dengan terbelakang.
Dengan intensitas melatih, beliau jadi orang di balik layar hasil pelari Kaltim. Ramadan( 25), misalnya, mencapai medali perak di pertandingan no Lawan T20 kabur 5. 000 m Minggu Paralimpiade Nasional XVII 2024, Surakarta, Jateng.
Ramadan mencatatkan durasi 17 menit 29 detik, cuma beda satu detik dengan Yan Bahtiar asal Nusa Tenggara Barat di posisi awal.
Terdapat pula Sayyid Muhammad Nurdiansyah As Syidiq( 16) yang mencapai pemenang 2 kabur 100 m terbelakang putra tahapan SMP luar lazim pada Olimpiade Berolahraga Anak didik Nasional Partisipan Ajar Berkebutuhan Spesial( O2SN PDBK) Provinsi Kalimantan Timur 2024.
Terakhir, terdapat Davin Nara Laendra( 10) yang luang viral sehabis anak ini menempuh 5 km dengan durasi 21 menit 46 detik. Videonya banyak ditonton di Tiktok.
Ikhlas
Udin melatih kanak- kanak itu 5 hari sepekan, dari Senin- Jumat tiap jam 16. 00- 18. 00 Waktu indonesia tengah(WITA). Bimbingan teratur itu tidak dipungut bayaran. Udin juga tidak menemukan bayaran operasional teratur bulanan.
Sokongan pembiayaan dari penguasa ataupun badan umumnya turun dikala terdapat perencanaan adu ataupun kompetisi. Biarpun begitu, Udin senantiasa melatih teratur cocok agenda. Karena, cuma dengan program bimbingan teratur para olahragawan dapat meningkatkan capaiannya.
Aku pegawai di industri loading( dobrak memuat) batubara. Saat ini, dalam sepekan aku 2 hingga 3 kali ke laut. Itu pemasukan penting aku. Buat bimbingan, aku jujur buat hasil bakat belia.
Biarpun begitu, dikala Udin terdapat keuntungan lebih, beliau sering membelikan anak didiknya konsumsi bonus, misalnya kacang hijau. Itu beliau jalani supaya atmosfer bimbingan dapat berkembang rasa kekeluargaan.
Beliau berkata, penguasa telah banyak mencermati agen berolahraga di Kaltim. Biarpun begitu, beliau berambisi instruktur yang tidak berubah- ubah membina para olahragawan dapat pula menemukan atensi, paling tidak sokongan biaya gasolin dalam program bimbingan teratur.
Nurlena( 34), orangtua salah satu anak membimbing Udin, berkata, kelangsungan Udin menyambut anak ajar membuat putranya dapat memiliki ruang meningkatkan diri. Biarpun putranya bukan tercantum paraatletik, Udin mengizinkan buah hatinya turut belajar.
” Anak aku jadi memiliki tempat buat belajar serta tidak dipungut bayaran,” tutur Nurlena.
Udin merupakan orang di balik layar hasil paraatletik Kaltim. Beliau cuma mesem di balik gaduh aplaus hasil anak didiknya. Telah sebaiknya tangan dinginnya yang memasak keterbatasan jadi daya bisa atensi.
Di tengah hiruk- pikuk kehidupan perkotaan yang sering menuntut keutuhan, wujud Syamsuddin muncul selaku gagasan jelas mengenai gimana keterbatasan tidaklah akhir dari segalanya. Laki- laki kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, ini membuktikan kalau antusias, intensitas, serta pengabdian sanggup mengganti kekurangan jadi kelebihan yang luar lazim.
Syamsuddin, ataupun yang bersahabat disapa Pak Syam, merupakan seseorang penyandang disabilitas raga. Semenjak kecil, beliau hadapi kendala pada kaki dampak polio yang menyerangnya dikala umur 2 tahun. Keterbatasan itu buatnya wajib menempuh hari- harinya dengan perlengkapan tolong berjalan. Tetapi, keterbatasan raga tidak menyurutkan langkahnya buat jadi seorang yang bermanfaat untuk lingkungannya.
Saat ini, di umur 47 tahun, Syamsuddin diketahui selaku instruktur berolahraga serta motivator untuk para penyandang disabilitas dan anak muda putus sekolah di Makassar. Beliau bukan semata- mata membagikan penataran pembibitan raga, namun pula menyuntik antusias serta optimisme kalau siapa juga dapat jadi kokoh, bukan sebab badannya, namun sebab niat serta mentalnya.
Ekspedisi Dini: Dari Ketertinggalan Mengarah Ketahanan
Syamsuddin menceritakan kalau era kecilnya penuh tantangan. Di desanya, sarana untuk penyandang disabilitas hampir tidak terdapat.“ Aku wajib berlatih menyambut realitas, tetapi aku pula tidak ingin berserah,” ucapnya dalam tanya jawab spesial dengan kita.
Pada umur 10 tahun, beliau mulai berpelajaran walaupun kerap jadi target celaan.“ Kanak- kanak lain berlari, aku tertatih- tatih. Tetapi guru aku sempat bilang, yang berarti kalian hingga ke tujuan. Perkataan itu aku pegang hingga saat ini,” kenangnya sembari mesem.
Lolos SMA, Syamsuddin luang putus asa sebab tidak sanggup meneruskan kuliah. Tetapi, antusias hidupnya tidak mati. Beliau mulai menolong di suatu pusat rehabilitasi sosial, tempat beliau berjumpa banyak penyandang disabilitas lain yang pula mau mandiri. Dari situ, beliau mulai aktif dalam bermacam penataran pembibitan keahlian, mulai dari pc, melekatkan, sampai berolahraga.
Menciptakan Panggilan di Bumi Pelatihan
Titik balik hidupnya tiba dikala beliau menjajaki penataran pembibitan berolahraga adaptif yang diselenggarakan oleh Biro Sosial Provinsi Sulawesi Selatan bertugas serupa dengan badan disabilitas global. Di situ, beliau dilatih jadi instruktur berolahraga spesial untuk penyandang disabilitas.
“ Awal mulanya aku ragu. Aku sendiri memiliki keterbatasan, gimana aku dapat melatih orang lain?” tuturnya. Tetapi malah dari sana, beliau siuman kalau pengalamannya jadi daya.“ Aku ketahui rasanya dikecilkan, aku ketahui susahnya aksi, serta aku ketahui gimana triknya bangun.”
Semenjak itu, Syamsuddin aktif melatih berolahraga semacam tenis meja, bola bersandar, serta atletik bangku cakra. Beliau pula sering diundang selaku pelapor di bermacam kolokium mengenai inklusi serta pemberdayaan difabel.
Mendirikan Komunitas“ Kita Dapat”
Pada tahun 2017, Syamsuddin bersama sebagian kawan mendirikan komunitas“ Kita Dapat”, suatu media yang fokus pada pengembangan kapasitas serta psikologis penyandang disabilitas.“ Julukan‘ Kita Dapat’ bukan hanya jargon, itu agama. Kita mau seluruh orang dengan disabilitas yakin kalau mereka dapat berakal, dapat mandiri, serta dapat berikan,” tuturnya.
Komunitas ini teratur melangsungkan penataran pembibitan keahlian, berolahraga, serta dorongan diri. Tidak cuma menyimpang kalangan difabel, mereka pula terbuka untuk anak muda yang sempat putus sekolah ataupun mempunyai permasalahan sosial.
“ Kerap kali, keterbatasan bukan pada raga, tetapi pada benak. Banyak anak belia merasa tidak memiliki era depan sebab kandas di sekolah ataupun berawal dari keluarga miskin. Kita mau mengganti itu,” tambahnya.
Apresiasi serta Pengakuan
Kegiatan keras Syamsuddin tidak bebas dari atensi penguasa serta bermacam badan sosial. Pada tahun 2020, beliau menyambut apresiasi“ Inspirator Kehidupan” dari Penguasa Kota Makassar. Tahun selanjutnya, beliau didaulat selaku Delegasi Inklusi oleh Komnas HAM Sulawesi Selatan.
Tetapi, untuk Syamsuddin, apresiasi tidaklah tujuan penting.“ Aku mau peninggalan aku merupakan antusias. Jika esok aku tidak terdapat, aku mau terdapat kanak- kanak belia yang melanjutkan peperangan ini,” tuturnya sembari memandang gedung simpel yang jadi kepaniteraan komunitasnya.
Tantangan yang Sedang Ada
Walaupun sudah banyak beranjak, Syamsuddin tidak menutup mata kalau peperangan penyandang disabilitas di Indonesia sedang jauh.“ Sarana biasa belum seluruhnya ramah difabel. Sedang banyak pembedaan, apalagi dari keluarga sendiri. Serta yang sangat susah diganti merupakan pola pikir warga,” ucapnya.
Beliau berambisi, penguasa dapat lebih sungguh- sungguh mendesak kebijaksanaan inklusi.“ Inklusi bukan semata- mata sediakan ramp ataupun lift. Inklusi itu mengenai peluang. Kasih kita ruang buat berlatih, bertugas, serta berkontribusi,” tegasnya.
Impian buat Era Depan
Kala ditanya mengenai harapannya, Syamsuddin menanggapi dengan saklek,“ Aku mau sesuatu hari esok, tidak terdapat lagi yang merasa kecil sebab kekurangannya. Aku mau kanak- kanak difabel besar hati dengan dirinya sendiri. Serta aku mau bumi ini lebih seimbang, bukan dengan berikan belas kasih, tetapi dengan membuka jalur.”
Dengan antusias yang tidak sempat mati, Syamsuddin lalu melatih angkatan terkini, bukan cuma dengan berolahraga, tetapi pula dengan kegagahan serta impian. Di tiap aksi yang beliau ajarkan, terdapat catatan kokoh kalau keterbatasan tidaklah halangan, melainkan titik dini buat jadi luar lazim.