Pemilik Kasino Online Mengaku Dilarang dari X dengan Imbalan Uang – Dunia media sosial kembali diguncang dengan tuduhan serius setelah seorang pemilik kasino online internasional mengaku bahwa ia “dilarang secara tidak adil” dari platform X (sebelumnya Twitter) setelah menolak untuk membayar sejumlah uang kepada pihak tertentu yang mengklaim dapat menjaga akunnya tetap aktif. Kasus los303 ini membuka kembali perdebatan lama tentang integritas dan transparansi platform media sosial besar, serta bagaimana mereka menangani akun bisnis di industri yang dianggap sensitif seperti perjudian daring.
Pengakuan Mengejutkan dari Pemilik Kasino
Pengakuan tersebut pertama kali muncul melalui sebuah wawancara eksklusif di media Eropa, di mana pengusaha yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengungkapkan bahwa ia menerima tekanan dari pihak ketiga yang mengaku memiliki hubungan internal dengan tim manajemen X.
Menurutnya, pihak tersebut menawarkan “perlindungan akun” dan jaminan visibilitas iklan dengan imbalan sejumlah uang dalam bentuk kripto. Ketika ia menolak, akun resminya yang memiliki lebih dari 250.000 pengikut mendadak diblokir secara permanen, dengan alasan pelanggaran kebijakan konten.
“Saya menerima pesan langsung dari seseorang yang mengaku bisa ‘mengatur segalanya’ di X. Mereka meminta pembayaran untuk memastikan akun kami tetap aman dan tidak ditandai sebagai akun perjudian,” katanya. “Saya menolak membayar karena itu jelas bukan prosedur resmi. Dua hari kemudian, akun kami hilang tanpa peringatan.”
Pernyataan ini memicu perhatian publik karena kasino online tersebut dikenal sebagai operator berlisensi penuh di beberapa yurisdiksi Eropa dan memiliki riwayat iklan yang sesuai dengan aturan periklanan digital.
Dugaan Korupsi Internal dan Skema Bayaran
Meski pihak X belum memberikan tanggapan resmi, sejumlah pakar teknologi menilai bahwa kejadian ini bisa menjadi indikasi adanya praktik “bayaran bawah tangan” yang melibatkan pihak ketiga atau bahkan oknum internal.
Menurut analis media digital dari London, Peter Collins, fenomena seperti ini bukan hal baru. “Sejak X diambil alih dan melakukan restrukturisasi besar-besaran, banyak posisi administratif diubah. Celah seperti ini bisa saja dimanfaatkan oleh pihak luar yang menawarkan layanan ‘tidak resmi’ untuk mempengaruhi sistem moderasi,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak bisnis perjudian online telah beralih ke media sosial untuk membangun komunitas dan mempromosikan merek mereka, terutama karena pembatasan iklan televisi dan radio di berbagai negara. Namun, platform seperti X, Facebook, dan Instagram memiliki kebijakan ketat terhadap konten perjudian, terutama jika menargetkan audiens di bawah umur atau wilayah yang tidak memiliki regulasi jelas.
Kasus ini menyoroti dilema besar bagi operator kasino digital: mereka bergantung pada media sosial untuk pemasaran dan interaksi pelanggan, namun risiko kehilangan akun secara sepihak tanpa mekanisme banding yang jelas semakin meningkat.
Industri Perjudian Daring Bereaksi
Berita ini langsung menyebar di komunitas iGaming global. Banyak pelaku industri mengungkapkan kekhawatiran serupa — bahwa media sosial kini memegang kekuasaan besar atas eksposur publik perusahaan, dan terkadang tanpa transparansi.
CEO salah satu operator taruhan olahraga ternama di Malta, yang juga enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa “kami sudah lama curiga bahwa ada sistem tidak resmi di balik penghapusan akun.” Ia menambahkan bahwa beberapa rekan bisnisnya juga pernah mengalami situasi di mana akun mereka dihapus sesaat setelah menolak kerja sama promosi berbayar dengan agen pihak ketiga yang tidak jelas asalnya.
Bahkan asosiasi industri, seperti European Gaming and Betting Association (EGBA), dikabarkan sedang menyusun surat resmi untuk meminta klarifikasi kepada X mengenai kebijakan moderasi akun perusahaan perjudian yang sah.
“Tidak ada industri lain yang mengalami perlakuan sekeras ini. Jika kasino memiliki lisensi resmi dan beriklan secara etis, mengapa mereka tidak boleh beroperasi di platform media sosial?,” kata salah satu perwakilan EGBA.
Dampak terhadap Reputasi Platform
Kejadian ini menjadi pukulan lain bagi reputasi X yang sejak diakuisisi oleh Elon Musk terus berada dalam sorotan publik karena kebijakan moderasi yang tidak konsisten dan sistem verifikasi berbayar yang kontroversial.
Beberapa analis menilai bahwa kasus pemilik kasino ini bisa menjadi indikasi lemahnya pengawasan internal terhadap praktik perantara atau pihak ketiga. Jika terbukti benar bahwa ada unsur pemerasan atau suap, hal tersebut dapat menimbulkan konsekuensi hukum serius bagi individu maupun perusahaan yang terlibat.
Selain itu, kasus ini memperkuat persepsi bahwa industri perjudian masih dianggap “berisiko tinggi” oleh sebagian besar platform teknologi, meskipun banyak operator sudah mematuhi regulasi nasional dan internasional. Dalam konteks bisnis global, hal ini bisa menghambat inovasi pemasaran dan pertumbuhan ekonomi digital sektor iGaming.
Tanggapan dari Komunitas Pengguna
Di dunia maya, tagar #BanForCash mulai ramai diperbincangkan setelah beberapa pengguna lain mengklaim mengalami nasib serupa, meskipun bukan dari industri perjudian. Banyak yang menduga bahwa mekanisme pelaporan dan penghapusan akun di X telah disalahgunakan untuk keuntungan finansial.
Beberapa influencer bahkan membagikan tangkapan layar percakapan dengan individu yang mengaku bisa “menghapus atau mengembalikan akun siapa pun dengan biaya tertentu.” Meskipun klaim-klaim ini belum diverifikasi, pola yang muncul menunjukkan adanya pasar gelap yang memanfaatkan sistem internal X untuk kepentingan pribadi.
Seruan untuk Transparansi dan Reformasi
Kasus ini mendorong banyak pihak menyerukan agar X — dan platform besar lainnya — menerapkan sistem banding yang lebih transparan serta meningkatkan perlindungan terhadap akun bisnis yang sah.
Regulator di beberapa negara Eropa bahkan dikabarkan sedang mempertimbangkan penyelidikan formal terhadap potensi pelanggaran etika digital dan praktik periklanan tidak adil di media sosial. Jika terbukti adanya unsur komersial dalam pelarangan akun, X dapat menghadapi denda besar berdasarkan hukum perlindungan konsumen digital Uni Eropa.
“Jika media sosial menjadi bagian penting dari ekosistem bisnis modern, maka mereka juga harus tunduk pada prinsip keadilan dan transparansi,” ujar pakar hukum siber, Anna Sørensen. “Tidak boleh ada ruang bagi praktik bayaran gelap yang mengatur siapa yang boleh terlihat dan siapa yang tidak.”
Penutup: Bayangan Gelap di Dunia Digital
Kasus pemilik kasino online yang mengaku dilarang dari X dengan imbalan uang membuka bab baru dalam diskusi global mengenai etika platform dan keseimbangan kekuasaan di dunia digital.
Jika tuduhan ini terbukti benar, maka itu bukan sekadar pelanggaran terhadap satu individu atau perusahaan, tetapi tanda bahwa ruang digital masih rentan terhadap manipulasi dan kepentingan tersembunyi.
Pada akhirnya, transparansi, akuntabilitas, dan integritas harus menjadi fondasi utama dalam dunia online yang kini menjadi tempat utama bagi bisnis, hiburan, dan interaksi sosial. Tanpa itu, kepercayaan publik terhadap media sosial — dan masa depan industri digital itu sendiri — bisa berada dalam bahaya.
