kiano88 impian789 alexa99 los303 dahlia77
rajaburma88
los303
alexa99
sisil4d
Home » Menguak Strategi Ekspansi Makanan dan Minuman Global China

Menguak Strategi Ekspansi Makanan dan Minuman Global China

Menguak Strategi Ekspansi Makanan dan Minuman Global China - Amerika Serikat (AS) dan China sebagai negara adidaya

Menguak Strategi Ekspansi Makanan dan Minuman Global China – Amerika Serikat (AS) dan China sebagai negara adidaya saling unjuk kekuatan dari ragam sektor.

Salah satunya aspek makanan dan minuman, khususnya makanan cepat saji (fast food). Keduanya rajaburma88 memperluas jaringan restoran cepat saji untuk menunjukkan pengaruh masing-masing di kancah global.

Dalam hal nilai merek restoran cepat saji, AS masih mendominasi. Dalam laman Statista, 10 merek ternama semuanya diisi jenama-jenama populer asal AS. Posisi tertinggi ditempati McDonald’s dengan 221,9 miliar dollar AS atau Rp 3.521,78 triliun dengan kurs Rp 15.871 per dollar AS. Peringkat selanjutnya adalah Starbucks, disusul Kentucky Fried Chicken (KFC).

Raksasa restoran cepat saji McDonald’s masih lanjut berekspansi pada 2023 dengan tambahan sebanyak 1.547 gerai di dunia. Pada tahun itu pula Perancis dinobatkan sebagai negara di Uni Eropa dengan gerai McDonald’s terbanyak.

Meski restoran-restoran AS masih terus memperluas jaringannya, China mulai masuk dalam persaingan di pasar global. Beberapa merek yang mulai mendunia, antara lain, Mixue, Haidilao, dan Luckin Coffee.

”Orang-orang di sekitar saya pergi ke luar negeri,” ujar seorang pemilik restoran di China. Lonjakan ini mendorong banyak ahli kuliner dan kelompok-kelompok riset meneliti dan mengeksplorasi peluang-peluang di luar negeri, seperti dikutip dari The Business Times.

Secara domestik, kondisi industri katering China tengah meredup. Industri tersebut hanya meraup keuntungan sekitar 180 juta yuan pada semester I-2024. Angkanya setara dengan Rp 394,49 miliar dengan kurs Rp 2.191,6 per yuan. Namun, jumlah tersebut menurun sebesar 88,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Berbeda dengan tren tersebut, pasar makanan China secara global masih tersebar dan kurang berkembang secara global. Hal ini mendorong pemilik-pemilik restoran untuk terus mengembangkan bisnisnya.

Perusahaan makanan dan minuman China memperluas jangkauannya tidak hanya ke Asia Tenggara, tetapi juga ke Amerika Utara dan Eropa. ”Dalam tiga tahun terakhir, perusahaan-perusahaan China di luar negeri telah mempekerjakan dan mengupah lebih banyak orang. Jumlahnya tumbuh lebih dari 200 persen tiap tahun,” ujar Lin Tan, pendiri dan CEO PayInOne, perusahaan yang menjual jasa untuk mengurus perekrutan dan pengupahan (payroll) untuk firma-firma China yang beroperasi di negara lain.

Asia Tenggara, misalnya, dengan kedekatan pada China dan besarnya komunitas China perlahan tumbuh menjadi ladang basah. Jenama besar, seperti Luckin Coffe dan Tai Er Sauerkraut Fish, telah membuka gerai pertamanya di Singapura. Tak hanya itu, jenama teh boba (bubble tea), yakni Tianlala, juga mulai merambah pasar Indonesia.

Toko-toko teh boba bisa berdiri mudah karena hanya membutuhkan aset yang lebih sederhana ketimbang bisnis siap saji lainnya. Dengan demikian, membuka jalan untuk mencapai kesuksesan lebih mudah. Jaringan teh boba terbesar di China, Mixue Ice Cream & Tea, telah memiliki lebih dari 36.000 toko secara domestik.

Mixue Ice Cream & Tea kini memiliki lebih dari 33.000 toko yang tersebar di 12 negara di dunia. Di Indonesia, lebih dari 2.400 gerai tercatat telah berdiri.

China tumbuh pesat

Guna merintis usaha restoran serta gerai makanan dan minuman agar diterima lidah banyak orang, perusahaan China mengadopsi beragam strategi, seperti sistem waralaba (franchise), pemilihan pasar, lokalisasi, dan manajemen rantai pasok.

”Baik waralaba maupun operasi langsung, dimanfaatkan sebagai strategi ketika berekspansi ke luar negeri. Secara keseluruhan, lebih banyak perusahaan memilih waralaba,” kata Lin.

Kebanyakan perusahaan, Lin melanjutkan, akan memilih region Asia Tenggara sebagai pijakan awal. Hal ini berdasarkan pertimbangan biaya personel yang lebih rendah dan proses manajemen yang lebih mudah, sebelum perlahan berekspansi ke Eropa, Amerika Utara, Australia, Jepang, dan Korea Selatan.

Sementara Haidilao memilih menjalankan gerai-gerainya di luar negeri, banyak jenama makanan dan minuman memutuskan menjalankan bisnisnya secara waralaba dan mencari wirausaha China untuk mengelola tokonya. Mereka bergantung pada pengetahuan dan kemampuan pengusaha China di luar negeri untuk memilih lokasi dan mengoperasikan tokonya.

Strategi ini dijalankan Heytea, Mixue, Yang’s Braised Chicken Rice, dan Zhangliang Malatang. Hasilnya, mereka kentara mampu berekspansi dengan cepat di luar negeri melalui strategi tersebut, dilansir dari The Business Times.

Zhangliang Malatang, jenama yang menonjolkan sajian makanan dalam panci panas (hot pot) pada awalnya fokus pada pasar AS. Namun, kini berkembang lebih cepat di Asia Tenggara karena biaya yang lebih menguntungkan dan dukungan dividen konsumen di region.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *