Home » LBH APIK Rayakan 30 Tahun Peperangan Kesamarataan untuk Perempuan

LBH APIK Rayakan 30 Tahun Peperangan Kesamarataan untuk Perempuan

LBH APIK Rayakan 30 Tahun Peperangan Kesamarataan untuk Perempuan

LBH APIK Rayakan 30 Tahun Peperangan Kesamarataan untuk Perempuan – Selama 3 puluh tahun, LBH APIK muncul mendampingi para wanita.

Federasi Wanita Indonesia buat Kesamarataan( APIK) atau Badan Dorongan Hukum APIK memeringati hari jadinya yang ke- 30, Rabu( 21 atau 5 atau 2025). kencana69 Aktivitas ini sekalian men catat 3 dasawarsa komitmen buat memajukan kesamarataan untuk wanita serta menguatkan kerakyatan di Indonesia.

Semenjak dibuat pada 1995, LBH APIK bertumbuh jadi badan nasional yang dikala ini mempunyai 18 kantor, dari Aceh sampai Jayapura. Di umur 30 tahun, badan ini berniat buat lalu membagikan dorongan hukum pada wanita yang mencari kesamarataan, dengan fokus pada pemberantasan kekerasan berplatform jender.

” Hari ini merupakan usaha buat menerangkan balik komitmen dini kita, ialah 7 orang pengacara wanita Jakarta,” ucap Nursyahbani Katjasungkana, Pimpinan Pengasuh Federasi LBH APIK Indonesia, dalam pidatonya dikala Refleksi serta Kiprah 30 Tahun LBH APIK di Kantor Bibliotek Nasional, Jakarta.

3 dasawarsa peperangan bukan semata- mata nilai, melainkan bentuk kestabilan, kegagahan, serta intensitas dalam membela hak- hak wanita.

Nursyahbani mengatakan, dari 7 penggagas LBH APIK, 5 di antara lain merupakan pengacara yang sempat bertugas di LBH Jakarta, ialah Nursyahbani, Rita Serena Kolibonso, Apong Herlina, Nur Amalia, serta Bidadari Iriani( alm). 2 penggagas lagi yakni pengacara wanita Tumbu Saraswati( alm) serta Dwi Angkuh Latifa.

” Durasi itu, 4 Agustus 1995, kita meneguhkan buat memberikan

jasa serta dorongan hukum pada wanita miskin dan golongan rentan serta marjinal,” ucap Nursyahbani.

Dalam ekspedisi, jasa serta dorongan hukum yang diserahkan LBH APIK tidak hingga membela kasus- kasus yang terjalin serta dirasakan oleh para pelacak kesamarataan, tetapi pula memakai pengalaman aktual para pelacak kesamarataan,” dempak Nursyahbani. Oleh sebab itu, LBH APIK fokus melayani wanita miskin serta kebutuhan kanak- kanak.

Refleksi bersama

Menteri Pemberdayaan Wanita dan

Proteksi Anak( PPPA) Arifatul Choiri Fauzi mengapresiasi kiprah 30 tahun LBH APIK.” 3 dasawarsa peperangan bukan semata- mata nilai, melainkan bentuk kestabilan, kegagahan, serta intensitas dalam membela hak- hak wanita serta golongan rentan yang lain dalam sistem hukum yang sering- kali sedang tidak membela kepada korban,” tuturnya.

Momentum 30 tahun LBH APIK merupakan refleksi atas suara- suara yang sepanjang ini tidak terdengar. Suara wanita yang berani bersaksi, wanita pelacak kesamarataan, korban kekerasan dalam rumah tangga yang melawan, dan para penyintas yang bertahan serta bangun.

LBH APIK sudah jadi ruang nyaman, rumah peperangan, serta jembatan impian. Tidak cuma membagikan dorongan hukum, namun pula membagikan agama kalau hukum dapat serta sepatutnya membela pada kesamarataan kata benda,” ucap Arifatul yang bersahabat dipanggil Arifah.

Kegiatan dihadiri Andi Megantara, Sekretaris Departemen Ketua Aspek Pemberdayaan Warga; Angkuh Latifa( penggagas APIK); Nur Amalia( penggagas APIK); dan pengasuh serta pengawas LBH APIK. Menteri Pemberdayaan Wanita dan

Proteksi Anak( PPPA) Arifatul Choiri Fauzi muncul pada penutupan.

Dalam 3 dasawarsa ini pula, ucap Arifah, LBH APIK sudah berfungsi berarti dalam mendampingi wanita yang mengalami bermacam wujud kekerasan, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan intim, kekerasan ekonomi, sampai kekerasan berplatform digital.

Peperangan LBH APIK tidak cuma memenangkan permasalahan di majelis hukum, tetapi pula mendesak lahirnya kebijaksanaan khalayak yang lebih adil jender, dan membuat pemahaman hukum kritis di tengah warga.

Pada kegiatan itu pula diselenggarakan muncul bicara bersama Karlina Supelli, filsuf Indonesia sekalian penggerak wanita, serta Nursyahbani, yang dipimpin Ninuk Mardiana Pambudy( Editor Tua Kompas).

Tidak hanya itu, novel 30 Tahun APIK atau LBH APIK, Menyuarakan Kebutuhan Wanita, Mengupayakan Kerakyatan Berkepanjangan serta Berkeadilan dikeluarkan. Novel ini ialah narasi ekspedisi APIK serta LBH APIK sepanjang 30 tahun( 1995- 2025).

Badan Dorongan Hukum Federasi Wanita Indonesia buat Kesamarataan( LBH APIK) memeringati 30 tahun perjuangannya dalam membela hak- hak wanita di Indonesia. Kegiatan peringatan ini diselenggarakan dengan tema“ 3 Dasawarsa Berjalan Bersama: Kesamarataan buat Wanita, Impian buat Bangsa”, serta dihadiri oleh bermacam golongan mulai dari penggerak, akademisi, wartawan, korban pendampingan, sampai perwakilan penguasa.

Bertempat di Halaman Ismail Marzuki, Jakarta, keramaian ini diwarnai dengan refleksi ekspedisi jauh LBH APIK semenjak berdiri tahun 1995 sampai saat ini. Tidak cuma jadi momentum terima kasih, momen ini pula jadi pertandingan peneguhan aksi wanita dalam mengalami tantangan ke depan.

3 Dasawarsa Pembelaan serta Pendampingan

Ketua LBH APIK Jakarta, Siti Mazumah, dalam sambutannya mengantarkan kalau sepanjang 3 dasawarsa, LBH APIK sudah jadi centeng depan dalam membagikan dorongan hukum free untuk wanita korban kekerasan, pembedaan, serta pelanggaran HAM yang lain.

“ Semenjak dini kita berdiri, fokus penting kita merupakan membagikan dorongan hukum yang membela serta berplatform pada pengalaman wanita. Pendekatan ini berarti sebab wanita kerapkali dihadapkan pada sistem hukum yang tidak adil, bias, serta kelu,” ucap Siti.

Beliau meningkatkan kalau sepanjang 30 tahun terakhir, LBH APIK sudah menanggulangi lebih dari 30. 000 permasalahan kekerasan kepada wanita, tercantum kekerasan dalam rumah tangga( KDRT), kekerasan intim, pelecehan di tempat kegiatan, pemanfaatan ekonomi, sampai bentrokan hak membimbing anak serta perpisahan.

Pergantian Sosial serta Desakan Kebijakan

Salah satu pendapatan besar LBH APIK merupakan keterlibatannya dalam mendesak lahirnya bermacam kebijaksanaan liberal, semacam Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga( UU PKDRT) pada 2004, dan UU Perbuatan Kejahatan Kekerasan Intim( UU TPKS) yang kesimpulannya disahkan pada 2022 sehabis peperangan lebih dari satu dasawarsa.

“ Ekspedisi UU TPKS merupakan salah satu fakta gimana kegiatan beramai- ramai jaringan wanita, tercantum LBH APIK, sukses mengganti sistem hukum yang awal menutup mata kepada kekerasan intim jadi lebih membela pada korban,” ucap Mariana Amiruddin, mantan Komisioner Komnas Wanita yang ikut muncul dalam kegiatan itu.

Tetapi begitu, Mariana pula menerangi kalau tantangan belum berakhir.“ Aplikasi UU TPKS sedang mengalami halangan sistemis serta kultural. LBH APIK serta jaringan warga awam sedang amat diperlukan buat menjaga penerapan hukum supaya tidak berhenti di atas kertas,” tuturnya.

Narasi Wanita, Suara yang Dikuatkan

Kegiatan ini pula memperkenalkan tahap pembuktian dari para penyintas kekerasan yang sempat didampingi oleh LBH APIK. Salah satunya merupakan Dian( bukan julukan sesungguhnya), seseorang wanita belia yang jadi korban kekerasan intim dari atasannya di kantor.

“ Dikala seluruh orang memerintahkan aku bungkam serta menyambut kondisi, LBH APIK merupakan salah satunya yang yakin serta membela aku. Mereka tidak cuma berikan dorongan hukum, tetapi pula memperbaiki keyakinan diri aku selaku wanita,” kata Dian dengan mata berkilauan.

Cerita Dian cumalah satu dari ribuan narasi lain yang membuktikan kedudukan vital LBH APIK dalam memantapkan suara wanita yang sering dipinggirkan. Dalam tahap itu, para penyintas mengantarkan impian supaya badan semacam LBH APIK senantiasa populer serta menjangkau lebih banyak wanita, paling utama yang terletak di area terasing serta mempunyai keterbatasan akses hukum.

Tantangan Digital serta Kekerasan Siber

Merambah masa digital, LBH APIK pula mengalami tantangan terkini dalam wujud kekerasan berplatform kelamin online( KBGO), semacam doxing, penyebaran konten akrab nonkonsensual, sampai bahaya di alat sosial.

“ Permasalahan kekerasan digital kepada wanita lalu bertambah. Tetapi sistem hukum kita belum seluruhnya sedia menjawabnya,” ucap Nurina Savitri, Ketua Bagian Pembelaan LBH APIK. Beliau menekankan kalau pendekatan hukum konvensional belum sanggup memegang semua format dari kekerasan di ruang digital.

Selaku wujud jawaban, LBH APIK dikala ini tengah meningkatkan sistem peliputan online yang lebih nyaman serta ramah kepada korban, dan mendesak bimbingan digital buat wanita belia supaya lebih siuman resiko serta proteksi di bumi maya.

Impian ke Depan: Kesamarataan yang Inklusif

Menutup susunan kegiatan, LBH APIK meluncurkan akta refleksi bertajuk“ 30 Tahun Membela: Penilaian, Tantangan, serta Arah Aksi” yang bermuatan memo asal usul, penilaian kebijaksanaan hukum, dan strategi pembelaan buat dasawarsa kelak. Dalam akta itu, LBH APIK menekankan berartinya pembangunan sistem hukum yang bukan cuma responsif, namun pula transformatif.

“ Wanita tidak dapat selalu dibebani tanggung jawab buat meyakinkan kalau mereka pantas menemukan kesamarataan. Negeri wajib aktif membuat sistem hukum yang menguasai kondisi pengalaman wanita serta golongan rentan yang lain,” jelas Siti Mazumah.

LBH APIK pula melantamkan supaya kebersamaan rute zona lalu diperkuat, tercantum kerja sama dengan komunitas disabilitas, golongan LGBTQIA+, pegawai wanita, serta warga adat.

Sokongan dari Penguasa serta Warga Sipil

Menteri Pemberdayaan Wanita serta Proteksi Anak( PPPA), Bintang Puspayoga, yang muncul dengan cara virtual, mengantarkan apresiasinya atas pengabdian LBH APIK. Beliau membenarkan kalau kerja- kerja pembelaan wanita menginginkan kerja sama yang kokoh antara negeri serta warga awam.

Kita di Departemen PPPA berkomitmen buat lalu bertugas serupa dengan badan semacam LBH APIK, paling utama dalam menguatkan layanan berplatform korban, meluaskan bimbingan hukum, serta membenarkan keberlanjutan proteksi untuk wanita,” ucap Bintang.

Sedangkan itu, bermacam badan warga awam yang muncul semacam Jaring PRT, Komnas Wanita, Aliansi Wanita Indonesia, serta KontraS melaporkan dukungannya kepada LBH APIK dan menerangkan perlunya melindungi ruang awam senantiasa terbuka.

Penutup

3 puluh tahun tidaklah durasi yang pendek, serta LBH APIK sudah meyakinkan dirinya selaku salah satu tiang berarti dalam peperangan kesamarataan kelamin di Indonesia. Di tengah gairah sosial, politik, serta teknologi yang lalu berganti, kedudukan badan ini senantiasa vital.

Dengan antusias beramai- ramai serta refleksi mendalam yang dibentuk dalam keramaian ini, LBH APIK tidak cuma men catat asal usul, namun pula menegapkan komitmennya buat lalu berjalan bersama wanita Indonesia dalam mengupayakan ruang hidup yang adil, sebanding, serta bergengsi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *