Cerita Narasi Kucing Serta Tikus – hiduplah seekor kucing berumur bernama Milo. Milo kucing lazim beliau telah pensiun dari pelacakan tikus
Kucing Serta Tikus memilah menempuh hari- harinya dengan tidur siang di dasar tumbuhan mempelam, melihat awan, ataupun bersandar di depan rumah Pak Bercocok tanam sembari menjilati cakarnya yang mulai lemas sebab umur impian789.
Di tempat yang serupa, di dalam lumbung antah kepunyaan Pak Bercocok tanam, bermukim pula segerombol tikus. Atasan mereka merupakan seekor tikus belia bernama Tito, yang licik, kilat, serta penuh rasa mau ketahui. Tidak semacam tikus- tikus lain yang hidup penuh kekhawatiran, Tito malah kerap diam- diam mendekati rumah buat mencermati Milo dari kejauhan.
Mengapa ia tidak mengejar kita?” pertanyaan Tito sesuatu hari pada ibunya.
Kucing itu telah berumur serta tidak seagresif dahulu. Tetapi senantiasa hati- hati, Tito. Kucing tetaplah kucing,” jawab ibunya bijaksana.
Tetapi rasa penasaran Tito kian besar. Sesuatu petang, dikala Milo lagi bersandar seorang diri di dasar tumbuhan, Tito memberanikan diri mendekat.
Halo,” sapaan Tito dengan suara kecil.
Milo membuka matanya, berpaling lama- lama, serta menanggapi,“ Halo, tikus kecil. Apa yang anda jalani di mari? Bukankah umumnya kamu kabur melihatku?”
Tito memakan air liur.“ Saya cuma… mau ketahui. Mengapa anda tidak semacam kucing yang lain?”
Milo tersimpul ayal.“ Umur mengganti banyak perihal, nak. Dahulu saya pemburu hebat. Tetapi saat ini, saya lebih senang rukun. Lagipula, saya jenuh hidup seorang diri.”
Mengikuti itu, Tito merasa sedikit lapang. Mereka juga mulai berdialog. Hari untuk hari, obrolan pendek berganti jadi percakapan jauh. Milo menceritakan mengenai era mudanya, mengenai tempat- tempat yang sempat beliau datangi bersama Pak Bercocok tanam, serta Tito menceritakan mengenai petualangannya mencuri bulir jagung tanpa kedapatan.
Pertemanan abnormal juga terangkai antara seekor kucing serta seekor tikus.
Tetapi, tidak seluruh tikus suka dengan ikatan ini. Sebagian tikus berumur menyangka Tito sudah melanggar batasan.“ Kucing senantiasa kompetitor! Anda dapat apes!” tutur mereka.
Sedemikian itu pula dengan hewan- hewan lain di dusun yang mulai merumpi. Seekor kukila memipit mencapit mengatakan,“ Bumi telah edan. Kucing berkawan dengan tikus?”
Tetapi Milo serta Tito tidak hirau. Mereka menikmati kebersamaan itu. Kadangkala Milo membiarkan Tito tidur di punggungnya dikala petang menjelang. Kadangkala Tito mengantarkan remah- remah santapan yang beliau temui di lumbung buat Milo yang telah sangat lemas buat mencari sendiri.
Hingga sesuatu hari, datanglah seekor kucing belia dari dusun sisi. Namanya Raka. Beliau gagah, kokoh, serta penuh antusias mencari. Sedemikian itu memandang banyak tikus di lumbung, matanya langsung menyala.
Mengapa anda perkenankan seluruh ini terjalin, Milo?” pertanyaan Raka.“ Tikus- tikus ini merupakan bulan- bulanan kita!”
Milo menghela nafas.“ Saya telah tidak mencari lagi. Saya memilah hidup rukun.”
Raka mencibir.“ Anda telah kurang ingat siapa dirimu. Anda bukan sahabat mereka, anda merupakan predator.”
Tanpa menunggu balasan, Raka melompat ke dalam lumbung serta mulai mengejar tikus- tikus yang kabur kekhawatiran. Jeritan serta keresahan terdengar di mana- mana. Tito berupaya menolong sahabatnya melarikan diri, tetapi aksi Raka sangat kilat.
Tito berlari ke Milo.“ Bantu! Hentikan ia!”
Milo, dengan sulit lelah, berdiri serta berjalan ke arah lumbung. Beliau ketahui ini waktunya beliau memilah. Di antara insting lama serta pertemanan terkini.
Dengan suara garau tetapi jelas, Milo menganjurkan,“ Lumayan, Raka!”
Raka menyudahi serta berpaling.“ Apa anda hendak menghentikanku, kucing berumur?”
Milo berjalan mendekat, menatapnya lurus.“ Saya tidak mau kekerasan. Tetapi jika anda lalu goda mereka, anda wajib berdekatan denganku.”
Raka tersimpul.“ Anda tidak hendak dapat melawanku.”
Coba saja,” jawab Milo.
Mereka silih memandang. Atmosfer mengencang. Tetapi tidak tahu mengapa, kegagahan Milo yang lemas tetapi penuh niat membuat Raka ragu. Beliau mendengus, kemudian mengatakan,“ Oke. Saya tidak mau berkelahi dengan sesama kucing. Tetapi ingat, anda berlainan. Serta anda hendak menyesal yakin pada tikus.”
Sehabis itu, Raka berangkat meninggalkan dusun.
Hari- hari balik rukun. Tetapi peristiwa itu membuat Tito serta para tikus siuman kalau bumi tidak senantiasa menyambut perihal yang berlainan. Tetapi mereka pula ketahui, kalau pertemanan asli pantas diperjuangkan.
Sebagian durasi setelah itu, Milo sakit. Usianya memanglah telah berumur. Tito senantiasa terletak di sisinya, menemani, mengantarkan air, serta apalagi memetik bunga dari cerang buat menghias tempat tidur Milo.
Saat sebelum Milo mengembuskan nafas terakhirnya, beliau mengatakan,“ Dapat kasih, Tito. Anda kawan terbaikku. Piket dusun ini. Serta piket rukun.”
Tito melimpahkan air mata.“ Saya akad.”
Semenjak hari itu, Tito jadi atasan tidak cuma buat tikus- tikus, tetapi pula selaku pengawal kemesraan antara hewan- hewan di dusun. Serta tiap petang, beliau bersandar di dasar tumbuhan mempelam, tempat kesukaan Milo, memandang langit sembari mesem.
Catatan Akhlak:
Pertemanan asli tidak memahami batasan, apalagi antara yang dahulu dikira kompetitor. Dalam bumi yang kerap kali memeriksa perbandingan, kegagahan buat memilah rukun serta menghormati satu serupa lain merupakan wujud daya yang asli.