Home » Farah Mauludynna, Berkuliner Sembari Menulis Sejarah

Farah Mauludynna, Berkuliner Sembari Menulis Sejarah

Farah Mauludynna, Berkuliner Sembari Menulis Sejarah

Farah Mauludynna, Berkuliner Sembari Menulis Sejarah – Budaya kuliner Nusantara beraneka ragam, Sayangnya tidak seluruh terdokumentasi.

Adat kuliner Indonesia amat banyak serta beraneka ragam. Sayangnya, tidak dibantu kehadiran sistem pendokumentasian serta dokumentasi yang komplit sekalian dapat diharapkan.

Akhirnya, gali77 wawasan mengenai menu santapan, berbagai macam formula, materi dasar, serta bumbu- bumbu yang dibutuhkan sering tidak dapat terwariskan dengan bagus ke angkatan berikutnya. Sementara itu, seluruh itu merupakan bagian dari peninggalan kekayaan gastronomi Nusantara yang tidak berharga biayanya.

Keresahan hendak perihal itu sudah lama dialami oleh Raden Siti Farah Mauludynna( 41). Mojang Bandung berlatar pekerjaan advertising serta ahli strategi jenama dan digital itu tidak mau kuliner Nusantara terus menjadi lenyap serta terabaikan. Beliau lalu berusaha buat menyuarakannya.

Semenjak sebagian tahun terakhir, Dynna, sedemikian itu ia bersahabat disapa, berupaya menanggapi panggilan hatinya itu. Ia berupaya ikut serta aktif dalam usaha pelanggengan keanekaan kekayaan adat kuliner Tanah Air itu dengan cara mandiri.

Seluruh dimulai pada tahun 2014 dikala umurnya hendak merambah tahun ke- 30. Dikala itu Dynna merasa risau memandang banyak sahabat serta teman- temannya di umur yang serupa dengannya memiliki pendapatan membanggakan.

Terdapat yang telah menulis novel, mencapai titel akademik lebih besar, ataupun memenangkan adu serta mencapai bermacam apresiasi. Ia lalu menanya pada dirinya, apa yang dapat ia banggakan di umur yang merambah tahun terutama untuk dirinya itu?

” Kesimpulannya dikala itu saya putuskan buat memberi diri dengan berkomitmen hendak mempraktikkan pola hidup segar, clean eating,” ucapnya dikala ditemui di Bandung, Jawa Barat, Pekan( 4 atau 5 atau 2025).

Dynna termotivasi oleh salah seseorang ikhwan dikala memandang akun alat sosialnya. Si ikhwan nampak senantiasa” hidup” serta memiliki aura positif. Dikala ditanya, si sahabat berkata perihal itu dapat terjalin karena ia mempraktikkan pola hidup segar dengan tata cara clean eating.

Dengan cara simpel, pola hidup clean eating diaplikasikan dengan cuma komsumsi makanan- makanan berbahan natural serta bukan olahan( processed food). Tidak hanya itu, santapan pula dimasak tanpa memakai bumbu- bumbu praktis kimiawi.

Selaku wujud totalitasnya, Dynna setelah itu” memindahkan” ke Ubud, Bali, buat menekuni rancangan hidup clean eating serta lalu mempraktikkannya. Ia pula” berhijrah” dengan cara pekerjaan dengan tidak lagi menanggulangi klien- klien terpaut pabrik sekeliling santapan bungkusan ataupun olahan.

Dikerdilkan

Perjalanannya lalu bersinambung. Dynna setelah itu pula merasa terdapat” panggilan” lain yang mengajaknya buat berupaya mengabdikan diri pada upaya- upaya buat melestarikan adat kuliner Nusantara, tercantum pula dalam perihal mendokumentasikannya.

Sehabis demikian lama menemukan banyak pelajaran sekalian mempraktikkan prinsip hidup serta tata cara clean eating, Dynna berterus terang mendapatkan” pencerahan” lain. Sepanjang ini ia merasa bila dirinya serta mayoritas orang sudah dibohongi serta” dikerdilkan” oleh pabrik santapan olahan.

Pabrik santapan olahan, ucapnya, membuat pelanggan terus menjadi terkait buat senantiasa komsumsi berbagai macam santapan olahan berpengawet yang serupa sekali jauh dari dimensi hidup segar. Di bagian lain, negara ini amat banyak dengan pangkal energi alam berbentuk berbagai macam materi santapan alami selanjutnya resep- resep kuliner Nusantara.

Kesimpulannya dikala itu saya putuskan buat memberi diri dengan berkomitmen hendak mempraktikkan pola hidup segar,’ clean eating’.

Seluruhnya ada dengan banyak. Dalam situasi serba terkait itu, banyak akses, paling utama ke materi santapan natural, terpenggal serta lalu terabaikan.

Dynna memeragakan, terus menjadi banyak orang hadapi ketergantungan pada makanan- makanan olahan pabrik, salah satunya berbahan gluten, yang dihidangkan dengan cara praktis serta berbumbu kimiawi. Perihal itu, bagi ia, abnormal karena materi dasar santapan bergluten bukan santapan asli Indonesia karean tidak berkembang di negeri beriklim subtropis.

” Tumbuhan gandum cuma dapat berkembang di negara- negara dengan 4 masa,” ucap Dynna menegaskan.

Dalam situasi semacam itu, bangsa Indonesia, bagi ia, telah jadi bangsa yang kehabisan arah. Sementara itu, salah satu daya penting terutama, yang sepatutnya sedang dipunyai serta dipertahankan, merupakan adat kuliner Nusantara selanjutnya semua keanekaragamannya.

Daya semacam itu jauh lebih hebat dibanding teknologi persenjataan mana juga yang terdapat di bumi. Apalagi, badan nirlaba bumi, Forum Ekonomi Bumi( WEF), membenarkan serta menahbiskan gastronomi jadi salah satu daya ekonomi terbanyak bumi.

Daya gastronomi mempunyai keahlian besar menggerakkan perekonomian lokal di sesuatu negeri, tidak lain Indonesia. Pergi dari perihal itu, tubuh bumi UNESCO di tahun 2004 pula memutuskan sekalian mendirikan banyak” Kota Gastronomi” selaku bagian dari Jaringan Kota Inovatif.

Cinta, sampai saat ini Penguasa RI tidak menyambangi memutuskan satu juga kota gastronominya. Sementara itu, 2 negeri orang sebelah, Malaysia serta Thailand, telah semenjak tahun 2021 memutuskan tiap- tiap kota Kuching serta Phetchaburi selaku kota gastronomi mereka.

Mendirikan Joongla

Selaku wujud aktual perjuangannya dalam melestarikan adat kuliner Nusantara, Dynna lalu mendirikan Joongla. Suatu restoran berkonsep pop- up yang menyuguhkan berbagai macam persembahan yang termotivasi dari beraneka ragam menu konvensional Tanah Air. Tutur Joongla( dibaca Jungla) berawal dari bahasa Spanyol yang berarti” hutan pusat kehidupan”.

Makanan- makanan konvensional Tanah Air itu setelah itu dihidangkan dalam wujud senang dining. Saat sebelum dikurasi serta dipilih, makanan- makanan Nusantara itu pula diriset terlebih dahulu.

Di langkah studi, para chef menghadiri langsung satu per satu posisi asal menu ataupun materi- materi itu. Dari tempat asal menu, materi dasar, ataupun bumbu- bumbu itu, mereka sekalian menulis serta mendokumentasikannya. Sehabis itu, para chef hendak meningkatkan serta menginterpretasinya ke dalam menu persembahan yang terkini.

Dari beberapa menu yang digabungkan serta dikurasi, seluruhnya setelah itu disusun bersumber pada set menu berstandar penyajian versi Perancis. Para pengunjung wajib memesan tempat( reservasi) yang terbatas.

Dikala senang dining berjalan, mereka hendak mencicipi satu per satu persembahan yang dihidangkan sambil” didongengi” para chef terpaut menu yang dihidangkan. Materi- materi data yang dipaparkan berawal dari hasil studi serta riset alun- alun di langkah perencanaan serta pengembangan. Tata cara menceritakan( storytelling) itu membuat pengalaman bersantap di Joongla jadi lebih menarik.

” Menu- menu senang dining dihidangkan dengan tata cara omakase, Jepang. Sambil menikmati, para partisipan mencermati narasi- narasi sekeliling hidangan,” tutur Dynna. Metode penyajian omakase memosisikan para pengunjung memberikan seluruhnya menu santapan yang dihidangkan pada para chef.

Dyna mengatakan, tata cara penyajian senang dining, storytelling, serta hadapi langsung semacam itu memanglah ia lakukan dengan terencana. Metode itu, tuturnya, memakai pendekatan emotional branding yang diketahui dalam ilmu periklanan yang dikuasainya.

Dalam pendekatan itu, kelima indera audiens, dalam perihal ini partisipan senang dining turut dilibatkan dengan cara aktif. Dengan sedemikian itu, ingatan yang diperoleh setelah itu dapat tersembunyi dengan bagus dalam sistem limbik di otak mereka. Kadang- kadang, ingatan itu bisa balik dikisahkan serta di informasikan pada orang lain dengan bagus.

Saya pikir, eh kenapa asik pula betul, makan sembari’ diceritain’. Mengapa yang seperti demikian ini saya enggak dapat’ nemuin’ di tempat lain. Hingga dari situlah saya setelah itu menerapkannya di Joongla.

Gagasan ilham mengadakan restoran pop- up menu- menu Nusantara versi senang dining berpendekatan menceritakan( storytelling) sejenis itu didapat Dynna dikala pada satu peluang menemani rekan- rekan chef- nya di dapur spesial buat pengembangan menu terkini yang hendak ditawarkan ke pelanggan. Di dapur studi serta pengembangan itu, para chef lazim bereksperimen dalam memasak sembari menulis serta menggambarkan prosesnya sampai berakhir.

Olahan terkini yang sudah jadi setelah itu hendak dihidangkan serta dicicipi bersama- sama buat setelah itu memperoleh masukan. Sembari menunggu, Dynna dapat memandang langsung si chef bertugas kemudian menyuguhkan makanannya sembari menceritakan keadaan menarik sekeliling santapan ataupun prosesnya mulanya.

” Saya pikir, eh kenapa asik pula betul, makan sembari diceritain. Mengapa yang seperti demikian ini saya enggak dapat nemuin di tempat lain. Hingga dari situlah saya setelah itu menerapkannya di Joongla,” ucap Dynna.

Dibukukan

Tidak cuma dikemas buat di informasikan dengan cara menarik pada para pengunjung yang tiba, semua menu yang dihidangkan bersama data yang dikisahkan dalam event Joongla pula didokumentasikan ke dalam wujud novel. Novel itu bermuatan seluruh data terpaut bagus dalam wujud bacaan, gambar, ataupun coretan parodi dengan motif menarik.

Bermacam narasi menarik yang melatari kehadiran satu menu yang diseleksi pula dimasukkan ke dalam novel.

Misalnya dikala menguraikan satu menu hidangan yang termotivasi olahan konvensional khas Lombok, Nusa Tenggara Barat, ayam taliwang. Narasi asal- usulnya pula turut dimasukkan.

Bagi Dynna, dari sejarahnya, ayam taliwang diketahui selaku produk kebijaksanaan santapan di era kemudian. Menu olahan berbahan ayam yang diracik dengan bahan pedas berempah itu dihidangkan kala 2 kerajaan, Karangasem serta Selaparang, tengah bersikeras serta hendak bertarung. Insiden itu terdaftar dalam asal usul, terjalin pada era ke- 17.

Oleh Raja Taliwang, yang sebelumnya dimohon Raja Selaparang menolong melanda Karangasem malah berusaha mendamaikan keduanya dengan mengajak mereka makan- makan. Karena puas dengan menu yang dihidangkan, ditambah perut yang kenyang, kedua raja kesimpulannya balik kerak.

Tidak hanya ayam taliwang, Joongla pula sempat mengangkut santapan konvensional khas Jawa, brem, yang terdokumentasi dalam buatan kesusastraan Serat Centhini( 1814 Meter). Santapan berbahan ekstrak tape ketan bercita rasa manis asam serta bertekstur renyah dan gampang melebur di mulut itu diolah jadi topping persembahan penutup dibuat dari kue semprong.

Dengan metode mencatat semacam itu, Joongla sekalian mempraktikkan tata cara dokumentasi serta pendokumentasian. Pencatatan semacam itu diharapkan dapat jadi materi referensi di era kelak terpaut kemajuan gastronomi Tanah Air.

Toh, Dynna belum puas. Beliau berterus terang sedang memiliki satu angan- angan lagi terpaut upayanya itu. Ia berambisi, terdapat kian banyak pihak di wilayah lain yang dapat ikut menolong menduplikasi bentuk Joongla. Pasti saja dicocokkan bentuk serta pendekatan mereka sendiri di wilayah tiap- tiap.

Dengan sedemikian itu, hendak tercipta beberapa ekosistem seragam paling utama oleh golongan anak belia, yang bersama- sama coba melestarikan serta menjaga peninggalan adat kuliner wilayah tiap- tiap.” Jejaring- jejaring semacam itu pula wajib dapat dibantu oleh para pengelola kebijaksanaan setempat buat menolong di tingkatan asal,” ucap Dynna.

Sebagian pihak, tutur Dynna. telah melaporkan terpikat mengajak bertugas serupa serta membagikan sokongan pada Joongla. Mereka antara lain Departemen Kultur, golongan pembelajaran, Magister Pariwisata Universitas Pembelajaran Indonesia, serta produsen perlengkapan dapur populer Tanah Air.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *