Refleksi Orangtua dari Zoe Saldana

Refleksi Orangtua dari Zoe Saldana

Refleksi Orangtua dari Zoe Saldana – Zoe Saldaña jadi pengisi suara di film kartun” Elio”. Film pertanyaan anak pria yang mau diculik alien.

Bintang film ini Amerika Sindikat, Zoe Saldaña, balik memeriahkan layar luas. Kali ini beliau mencoba kedudukan selaku pengisi suara Olga Solis di film Elio( 2025). Film kartun mengenai alien serta kanak- kanak ini membuat ia memantulkan kedudukannya selaku orangtua dari 3 anak di bumi jelas.

Elio menceritakan pertanyaan Elio( Yonas Kibreab), anak pria 11 tahun yang kehabisan ibu dan bapaknya serta setelah itu diurus bibinya, Olga. Elio merasa berlainan dengan orang lain serta susah menyesuaikan diri. Bibinya kewalahan mengurus Elio.

Oleh sebab merasa tidak sesuai terdapat di Alam, Elio berambisi terdapat alien yang tiba menculiknya. Permohonannya terkabul sesuatu dikala serta petualangan juga diawali.

Bagi Saldaña, film ini lengket dengan cerita pertanyaan pengasuhan yang tidak sempurna. Walaupun sedemikian itu, tidak apa- apa buat merangkul ketidaksempurnaan itu.

“ Kurasa tidak apa- apa bila Kamu memandang kanak- kanak serta tidak ketahui harus melakukan apa, karena inilah metode Kamu tersambung dengan anak Kamu. Kadangkala, mereka juga tidak ketahui harus melaksanakan apa,” cakap Saldaña di Los Angeles, AS, Rabu( 18 atau 6 atau 2025).

Saldaña luang mengajak ketiga anak laki- lakinya ke penayangan kesatu Elio pada Selasa( 10 atau 6 atau 2025). Semenjak jadi orangtua, beliau berterus terang suka mempelajari jenis yang cocok dengan kanak- kanak. Beliau jadi dapat tersambung dengan buah hatinya sekalian jadi bunda yang aksi.

Ketiga anak Saldaña amat terpikat dengan cerita Elio, serta bagi si bunda, mereka amat menggemari film ini. Bagi peraih piala Oscar selaku Bintang film Pendukung Terbaik 2025 ini, siapa saja dapat tersambung dengan Elio. Terdapat saja orang yang merasa semacam alien serta merasa tidak diperoleh di lingkungannya, namun merindukan bundaran yang menyambut mereka apa terdapatnya.

Saat sebelum berfungsi di Elio, Saldaña sempat berakting, antara lain, buat film Emilia Perez( 2024), Avatar( 2009), Guardians of the Galaxy( 2014), serta Star Jalan( 2009). Saat ini, si bintang film berencana buat istirahat sejenak supaya dapat menghabiskan durasi dengan keluarga.

“ Kala seluruh berakhir, aku amat mau balik ke rumah, mengantar kanak- kanak ke sekolah, serta jadi lebih muncul ke hidup mereka. Ini sebab mereka mengutip resiko ini( membuat karir) bersama saya—seluruh keluarga aku melakukannya—dan aku mau mengejar ketertinggalan,” cakap Saldaña.

Zoe Saldana, aktris berdarah Dominika serta Puerto Rico yang sudah mendobrak pucuk kemasyhuran melalui kedudukannya di Avatar, Guardians of the Galaxy, serta Star Jalan, bukan cuma simbol layar luas. Di balik kemilau bumi hiburan yang membesarkan namanya, beliau pula seseorang bunda dari 3 anak pria yang berkembang dalam pancaran khalayak. Tetapi, untuk Saldana, ketenaran tidaklah alibi buat meringankan nilai- nilai keluarga serta adat yang sudah diwariskan kepadanya semenjak kecil.

Dalam bermacam tanya jawab, Saldana dengan cara terbuka melimpahkan pemikirannya selaku orangtua. Beliau mengatakan kedudukan selaku bunda selaku“ kedudukan sangat menantang sekalian sangat berarti” dalam hidupnya. Bersama suaminya, Marco Perego, seseorang artis asal Italia, Saldana membesarkan kanak- kanak mereka dengan pendekatan yang sarat hendak kesetaraan kelamin, pelanggengan bahasa bunda, serta hidmat kepada bukti diri adat.

Menyangkal Stereotip Kelamin Semenjak Dini

Zoe Saldana serta Marco Perego tercantum pendamping yang dengan cara aktif memecahkan pola pikir konvensional mengenai maskulinitas serta kedudukan kelamin dalam keluarga. Salah satu tahap mereka yang banyak disorot khalayak merupakan ketetapan Perego buat mengadopsi julukan balik Saldana sehabis menikah— tahap yang dikira radikal di area selebritas ataupun warga biasa.

“ Kanak- kanak kita wajib memandang kalau pria dapat jadi penuh kasih, dapat meratap, dapat menolong di dapur, serta senantiasa kokoh,” kata Saldana dalam suatu tanya jawab dengan majalah People. Beliau yakin kalau menerobos batas- batas kelamin di dalam rumah merupakan bagian dari pembelajaran penuh emosi yang segar, paling utama untuk kanak- kanak laki- lakinya.

Bagi Saldana, bumi telah sangat lama menganggap kejantanan selaku kebalikan dari kelembutan. Hingga selaku bunda, beliau berupaya membuat angkatan yang liabel tetapi senantiasa jelas, tanpa dibelenggu arsitektur sosial yang menghalangi.

Bahasa Merupakan Pangkal Identitas

Untuk Saldana, bukti diri adat bukan cuma semata- mata narasi nenek moyang. Beliau hidup dalam 2 bumi— adat Latin serta adat Amerika— serta merasa memiliki tanggung jawab besar buat meneruskannya pada buah hatinya.

Di rumah, Saldana serta suami menyesuikan berdialog dalam 3 bahasa: Inggris, Spanyol, serta Italia. Kala buah hatinya mulai membuktikan kebimbangan ataupun antipati kepada bahasa bunda mereka, Saldana senantiasa tidak berubah- ubah.“ Aku senantiasa mengatakan:‘ Kalian hendak akseptabel kasih esok,’” ucapnya.

Kegigihannya dalam melestarikan bahasa merupakan refleksi dari pengalaman pribadinya. Selaku generasi Afro- Latina, Saldana sempat hadapi darurat bukti diri di era belia, paling utama dikala beliau merasa tidak seluruhnya diperoleh dalam area kulit gelap ataupun Latin di Hollywood. Saat ini, beliau mau buah hatinya tidak hadapi bimbang yang serupa.

Memberikan Empati serta Pemahaman Sosial

Tidak cuma pertanyaan adat serta bahasa, Saldana pula memberitahukan angka empati serta pemahaman sosial semenjak dini. Di tengah keglamoran hidup selaku keluarga selebritas, beliau berusaha melindungi supaya buah hatinya senantiasa mendarat. Beliau sering mengajak mereka dalam aktivitas sosial, tercantum kampanye kesetaraan serta pembelaan buat kalangan kecil.

“ Aku mau mereka berkembang jadi laki- laki yang ketahui metode mencermati, ketahui bila wajib berdialog, serta tidak khawatir berdiri membela yang betul,” tuturnya. Pembelajaran akhlak yang beliau tanamkan tidak menyudahi di rumah, melainkan pula diperluas lewat komunitas, dialog terbuka, serta mengenalkan anak pada kedamaian bumi semenjak umur dini.

Tantangan Jadi Orangtua di Masa Digital

Zoe Saldana pula tidak menutup mata kepada tantangan jadi orangtua di masa digital. Walaupun berawal dari bumi hiburan yang sering meluhurkan keberadaan daring, beliau malah amat menghalangi eksposur buah hatinya kepada alat sosial.

“ Kanak- kanak aku tidak terdapat di alat sosial, serta kita hendak menunda sepanjang bisa jadi,” ucapnya jelas. Bagi Saldana, bumi digital dapat berikan titik berat yang tidak butuh pada kanak- kanak, paling utama dalam perihal pandangan badan, ketenaran, serta pribadi.

Beliau mengetahui kalau ketetapan ini dapat dikira kuno ataupun sangat protektif, tetapi beliau beriktikad kalau era anak- anak seharusnya diisi dengan pengalaman jelas— main, berlatih, menanya, serta bukan mengukur keceriaan melalui jumlah likes.

Peninggalan yang Lebih dari Semata- mata Nama

Refleksi Zoe Saldana selaku orangtua tidaklah semata- mata berkas prinsip, namun kaca dari angka hidup yang beliau perjuangkan semenjak lama. Beliau mau buah hatinya memperoleh lebih dari semata- mata julukan ataupun kemasyhuran— beliau mau mereka bawa antusias kesetaraan, kegagahan buat jadi diri sendiri, serta keterhubungan dengan pangkal adat mereka.

“ Bila sesuatu hari esok mereka berkembang serta berkata kalau mereka merasa diamati, didengar, serta dicintai apa terdapatnya, hingga aku merasa sukses selaku orangtua,” cakap Saldana dengan mata berkilauan dalam satu peluang.

Penutup: Jadi Orangtua, Jadi Manusia

Di tengah berisik pikuk karir serta kemasyhuran, Zoe Saldana menerangkan kalau kedudukan selaku bunda memberinya perspektif yang lebih jujur mengenai bumi serta mengenai dirinya sendiri. Beliau berlatih kalau membesarkan anak bukan cuma pertanyaan ceria, namun pula berlatih balik mengenai kehidupan— lewat tawa, persoalan, serta apalagi kekalutan kecil yang tiba tiap hari.

Refleksi orangtua dari Zoe Saldana merupakan cerita mengenai pemahaman, kegagahan, serta cinta— bukan cinta yang elegan serta dipoles lensa kamera, melainkan cinta yang simpel, yang muncul dalam wujud durasi, angka, serta peninggalan yang tidak tergantikan.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *