kiano88 impian789 alexa99 los303 dahlia77
rajaburma88
los303
alexa99
sisil4d
slot gacor slot gacor terbaru slot gacor 2025 alexa slot alexa99
Home » Cerita Asal Mula Suara Burung Tekukur

Cerita Asal Mula Suara Burung Tekukur

Cerita Asal Mula Suara Burung Tekukur

Asal Mula Suara Kukila Tekukur – Ia merupakan anak semata boneka dari pendamping orang tani yang simpel tetapi bijaksana

Pada era dulu kala, di suatu dusun kecil yang dikelilingi hutan rimbun serta persawahan besar, hiduplah seseorang wanita belia bernama rajaburma88 . Bunga diketahui selaku wanita yang menawan, giat, serta berhati halus. Tiap pagi, beliau menolong ibunya menumbuk antah serta mempersiapkan santapan, kemudian turut bapaknya ke kebun ataupun ke hutan mencari kusen.

Di tengah dusun, ada suatu tumbuhan beringin berumur yang amat besar. Kabarnya, tumbuhan itu ditempati oleh roh- roh pengawal dusun serta jadi tempat banyak orang memanjatkan berkah ataupun impian. Bunga kerap bersandar di dasar tumbuhan itu, bawa suling bambunya serta memainkan lagu- lagu halus yang meredakan batin siapa juga yang mencermatinya.

Tetapi, kehidupan rukun itu lama- lama berganti kala masa gersang datang serta tidak menyambangi selesai. Sawah- sawah mengering, sungai- sungai mundur, serta tumbuhan lesu. Masyarakat dusun mulai gelisah, serta beberapa mulai silih mempersalahkan. Terdapat yang mengatakan kalau musibah itu tiba sebab seorang sudah melanggar adat dusun, terdapat pula yang mendakwa terdapatnya sumpah dari arwah tumbuhan beringin.

Bunga merasa pilu memandang beban banyak orang di desanya. Beliau juga menyudahi buat mencari ketahui bukti. Sesuatu malam, beliau berangan- angan dikunjungi seseorang nenek berumur berjubah putih. Dalam mimpinya, nenek itu mengatakan,“ Bila anda mau dusun balik produktif, carilah suara yang lenyap dari langit. Suara itu cuma hendak balik bila terdapat yang berkenan mempertaruhkan suara hatinya.”

Bunga tersadar dengan rasa penasaran serta impian terkini. Beliau percaya kalau mimpi itu merupakan petunjuk dari arwah pengawal dusun. Tanpa ragu, beliau menyudahi buat berangkat ke hutan sangat dalam, tempat yang diyakini selaku pinggiran antara bumi orang serta bumi arwah.

Beliau berjalan sepanjang 3 hari 3 malam, melampaui bengawan, ngarai, serta busut. Di hari keempat, beliau datang di suatu telaga kecil yang bening, dikelilingi bunga- bunga buas yang bagus. Di tengah telaga itu ada batu besar, serta di atasnya bersandar seekor kukila tekukur bercorak cokelat kebesaran.

Kukila itu memandang Bunga dengan mata yang halus, kemudian mengatakan,“ Apa yang anda cari, wanita belia?”

Bunga kaget sebab kukila itu dapat ucapan, tetapi beliau menanggapi dengan santun,“ Saya tiba mencari suara yang lenyap dari langit. Dusun kita diterpa kekeringan, serta saya yakin kalau suara itu dapat bawa hujan balik.”

Kukila tekukur itu senyap sejenak, kemudian mengatakan lembut,“ Suara itu merupakan lantunan alam, suara cinta serta kebaikan hati. Tetapi buat memanggilkannya balik, seorang wajib berkenan kehabisan suatu yang amat bernilai.”

Bunga membungkuk, menguasai arti si kukila. Beliau ketahui kalau yang diartikan merupakan suaranya sendiri. Beliau juga mengatakan, Bila suaraku dapat bawa impian untuk dusun, saya berkenan kehilangannya.”

Kukila tekukur menatapnya dalam- dalam.“ Ketulusanmu hendak dikenang selama era,” tuturnya.

Mendadak, kukila itu mengepakkan sayapnya serta mengitari Bunga. Angin bertiup halus, serta bunga- bunga di dekat telaga mulai berayun semacam berajojing. Dikala kukila itu balik bertengger di batu, Bunga berupaya berbicara… tetapi tidak terdapat suara yang pergi dari mulutnya. Beliau sudah kehabisan suaranya.

Tetapi seketika, langit jadi hitam, awan terkumpul, serta hujan kencang mulai turun. Tanah yang kering jadi berair, bengawan balik mengalir, serta tumbuhan mulai berkembang. Dusun Bunga juga balik produktif serta mampu.

Bunga balik ke desanya dalam bungkam, tetapi senyumannya mengantarkan segalanya. Masyarakat dusun menyambutnya dengan iba. Mereka ketahui kalau Bunga sudah melaksanakan dedikasi besar untuk seluruh orang.

Semenjak hari itu, Bunga bermukim di dekat tumbuhan beringin, menempuh hidup simpel tanpa suara. Tetapi, tiap pagi serta petang, terdengar suara kukila tekukur dari atas pohon—“ ku… ku… ku…”—seperti lagi memanggil ataupun mengenang seorang.

Banyak orang yakin kalau suara itu merupakan suara batin Bunga yang senantiasa hidup dalam bentuk kukila tekukur. Kukila itu tidak bersenandung dengan bunyi gembira semacam kukila lain, melainkan mendendangkan suara yang dalam, ayal, serta penuh rasa kangen.

Kanak- kanak dusun kerap menanya pada orang berumur mereka,“ Mengapa suara kukila tekukur terdengar pilu?”

Orang berumur juga menanggapi,“ Itu sebab dulu terdapat seseorang wanita bagus batin yang berkenan memberikan suaranya untuk bawa hujan. Suara kukila tekukur merupakan suara hatinya yang tidak sempat lenyap, suara cinta serta dedikasi.”

Serta semenjak dikala itu, suara kukila tekukur jadi pengingat untuk orang mengenai berartinya integritas, dedikasi, serta cinta yang asli. Di tiap dusun, di tiap hutan, kala suara kukila tekukur terdengar—“ ku… ku… ku…”—itulah kata hati Bunga yang melindungi bumi supaya tidak melalaikan maksud kasih serta impian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *