kiano88 impian789 alexa99 los303 dahlia77
rajaburma88
los303
alexa99
sisil4d
Home » Berlari di 2025

Berlari di 2025

Berlari di 2025 - Jangan Salah Memilih Ajang Lagi. Jika dikumpulkan, cerita para pelari Indonesia tentang pengalaman ajang lari

Berlari di 2025 – Jangan Salah Memilih Ajang Lagi. Jika dikumpulkan, cerita para pelari Indonesia tentang pengalaman ajang lari yang buruk selama 2024 mungkin bisa menjadi buku berseri.

Selalu ada keluhan baru, nyaris rajaburma88 di setiap pekan. Mulai dari problem manajemen keramaian, sterilisasi jalur, sampai jarak rute yang tidak sesuai dengan standar.

Wajar saja jika banyak kekecewaaan. Ajang lari semakin banyak pada 2024, baik berstatus lomba maupun fun run. Berdasarkan data situs Lariku.info, terdapat 229 ajang lari jalan raya sepanjang tahun lalu. Tidak termasuk ajang virtual dan trail. Artinya, rerata ada sekitar dua ajang dalam setiap tiga hari.

Banyak ajang yang diselenggarakan dengan serius, tetapi tak sedikit yang hanya sekadar aji mumpung. Pertumbuhan ajang tidak sejalan dengan ketersediaan race management yang berkualitas. Alhasil beberapa ajang dijalankan dengan penyelenggara yang tidak punya keahlian di bidang lari.

”Banyak event organizer yang biasa mengerjakan aktivasi atau musik melirik dunia lari karena permintaan klien. Mereka belum tahu mulai dari mana. Banyak yang menjalankan sendiri tanpa referensi sehingga yang jadi korban dari sisi konsumen,” kata Andreas Kansil, direktur dari race management Pandara Sports.

Salah satu ajang di Pulau Sulawesi, contohnya. Terdapat lomba pada akhir tahun lalu yang dibuat oleh penyelenggara acara spesialis pernikahan. Hasilnya seperti dugaan, berjalan kurang baik. Para pelari terpaksa menempuh jarak sekitar 1 kilometer lebih jauh dari seharusnya.

Saat bersamaan, tak semua pelari bisa mengidentifikasi dan memilih ajang yang tepat. Masalahnya, selain pengalaman dan cerita ”mulut ke mulut”, belum ada cara khusus melihat kualitas sebuah ajang. Terutama untuk ajang baru. Mereka pun sering kali hanya ”tebak-tebak buah manggis”.

Direktur dari race management IdeaRun, Safrita Aryana, sependapat. ”Pelari kita (di Indonesia) ada yang sudah bisa menentukan lomba sesuai dengan kebiasaan dan keinginan lari dia, tetapi hanya sekitar 30-40 persen. Sisanya pelari pemula dan ikut karena FOMO (takut ketinggalan tren),” ujarnya.

Tips memilih

Safrita, direktur lomba bersertifikat Road Runners Club of America, sudah menyelenggarakan banyak ajang lari, seperti Jakarta Half Marathon dan One Run 10K. Dia memberikan beberapa tips agar para pelari tidak salah untuk menentukan ajang pada 2025.

Baginya, faktor terpenting adalah kualitas lomba. Karena itu, para calon peserta juga mesti melihat fasilitas lari yang ditawarkan penyelenggara. Jangan sampai memilih ajang tertentu hanya karena berbagai gimik, seperti iming-iming paket lomba yang banyak isi.

”Di 2024 ada tren baru. Banyak lomba menawarkan isian goodie bag yang banyak. Daripada melihat itu, lebih baik kita fokus agar bisa aman saat berlari. Jadi, harus diperhatikan bagaimana kesiapan untuk water station, marshall, dan pengelolaan peserta,” kata Safrita.

Penilaian paling mudah bisa dilakukan dari media sosial. Calon peserta hanya perlu melihat rekam jejak penyelenggaraan lewat akun media sosial ajang tersebut. Jika ajang baru pertama kali digelar, mereka bisa meninjau dari kualifikasi direktur lomba ataupun race management.

Menurut Safrita, semua bisa dipantau di media sosial. ”Kalau sudah ada komentar negatif atau komentar dibatasi, jangan diikutin. Pasti punya isu. Follower palsu juga bisa jadi penanda. Kan bisa diperiksa dengan mudah sekarang. Kalau banyak yang palsu, lebih baik jangan,” pungkasnya.

Tips lain diberikan dari Tim Event Kompas yang sudah menyelenggarakan berbagai ajang besar pada tahun lalu, antara lain Borobudur Marathon dan Semarang 10K. Wakil Manajer Umum Event Kompas Budhi Sarwiadi mengatakan, ”lampu hijau” dari federasi bisa menjadi tolak ukur.

Bank Jateng Borobudur Marathon 2024, misalnya. Lomba itu sudah mendapatkan predikat Label dari World Athletic (federasi atletik dunia). Artinya, lomba sudah berstandar dunia. Setiap tahun akan ada delegasi teknis dari federasi yang datang untuk memastikan standar lomba.

Di Indonesia, ada dua ajang lain yang sudah masuk kalender World Athletic, yaitu Maybank Marathon dan BTN Jakarta International Marathon. Menurut Budhi, jika belum mendapatkan status itu, pengakuan dari Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) juga sudah cukup.

”Kalau lomba itu sudah ada kerja sama, minimal dengan PB PASI, bisa dikatakan akan berlangsung sesuai standar. Juga kalau ada pemecahan rekor, itu bisa diakui. (Jika sudah sesuai standar) sisanya semua tergantung pelari, ingin lari untuk apa dan mencari karakter lomba seperti apa,” kata Budhi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *